KELOMPOK I
KUSNIATI ANDRIANI
NIM A1B110215
KUSNIATI ANDRIANI
NIM A1B110215
Model- Model Struktur Wacana
a.
Pengertian
Wacana
·
Wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar (Chaer, 2012: 267)
·
Istilah “wacana” berasal dari bahasa
Sanskerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas. 1976: 266). Bila dilihat
dari jenisnya, kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk
kata kerja golongan III parasmaepada (m) yang bersifat aktif, yaitu ‘melakukan
tindakan ujar’. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk
ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna ‘membedakan’
(nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’ atau ‘tuturan’
(Mulyana, 2005: 3).
b. Model-model Struktur Wacana
·
Model
Struktur Pertukaran dalam Percakapan
Struktur pertukaran diartikan sebagai suatu perangkat aturan yang digunakan oleh peserta percakapan dalam melakukan tukar-menukar informasi atau lainnya. Aturan ini ditekankan pada seperangkat pola atau urutan-urutan tingkah laku yang teratur dalam melakukan hubungan timbal-balik. Ada beberapa ilmuan yang membicarakan model struktur pertukaran, antara lain :
1.Belack & Mitchell
Belack, dkk. (dalam Coulthard, dkk.1981; Sinclai dan Coulthard, 1975 : 17-18) mengususlkan 4 struktur wacana di kelas :
a.pertukaran (structuring)
penstrukturan merupakan perilaku untuk mengarahkan kelangsungan peristiwa pedagogis dan mengajak siswa untuk memperhatikan sesuatu.
b.Permintaan (soliciting)
Permintaan merupakan suatu kategori unsur struktur yang dimaksudkan untuk memancing munculnya tanggapan, baik tanggapan verbal maupun nonverbal dari siswa.
c.Penanggapan (responding)
Tanggapan merupakan tindakan jawaban atas permintaan yang menyatakan hubungan timbal-balik
d.Pereaksian (reacting)
Pereaksian merupakan kategori tindak yang beupa tindak lanjut dari kategori sebelumnya yang mungkin berupa penjelasan, ringkasan, dan perluasan dari apa yang telah dikatakan lebih dahulu.
2. Stenstrom (1994:49) mengatakan ada tiga jenis pertukaran, yaitu:
1. Pertukaran Pernyataan (Stating Exchange)
Contoh A : Dia Muslim [inisiasi]
B : Em..[Respon]
2. Pertukaran Pertanyaan (Questioning Exchange) Contoh
A : Apakah kamu mengajar? [Inisiasi]
B : Tidak, aku tidak bisa mengajar. [ Respon]
A : Aku mengerti [Tindak Lanjut]
3. Pertukaran Permintaan (Requesting Exchange) Contoh
A : Dapatkah kamu menahannya beberapa menit saja? [Inisiasi]
B : Ok! [ Respon]
Struktur pertukaran diartikan sebagai suatu perangkat aturan yang digunakan oleh peserta percakapan dalam melakukan tukar-menukar informasi atau lainnya. Aturan ini ditekankan pada seperangkat pola atau urutan-urutan tingkah laku yang teratur dalam melakukan hubungan timbal-balik. Ada beberapa ilmuan yang membicarakan model struktur pertukaran, antara lain :
1.Belack & Mitchell
Belack, dkk. (dalam Coulthard, dkk.1981; Sinclai dan Coulthard, 1975 : 17-18) mengususlkan 4 struktur wacana di kelas :
a.pertukaran (structuring)
penstrukturan merupakan perilaku untuk mengarahkan kelangsungan peristiwa pedagogis dan mengajak siswa untuk memperhatikan sesuatu.
b.Permintaan (soliciting)
Permintaan merupakan suatu kategori unsur struktur yang dimaksudkan untuk memancing munculnya tanggapan, baik tanggapan verbal maupun nonverbal dari siswa.
c.Penanggapan (responding)
Tanggapan merupakan tindakan jawaban atas permintaan yang menyatakan hubungan timbal-balik
d.Pereaksian (reacting)
Pereaksian merupakan kategori tindak yang beupa tindak lanjut dari kategori sebelumnya yang mungkin berupa penjelasan, ringkasan, dan perluasan dari apa yang telah dikatakan lebih dahulu.
2. Stenstrom (1994:49) mengatakan ada tiga jenis pertukaran, yaitu:
1. Pertukaran Pernyataan (Stating Exchange)
Contoh A : Dia Muslim [inisiasi]
B : Em..[Respon]
2. Pertukaran Pertanyaan (Questioning Exchange) Contoh
A : Apakah kamu mengajar? [Inisiasi]
B : Tidak, aku tidak bisa mengajar. [ Respon]
A : Aku mengerti [Tindak Lanjut]
3. Pertukaran Permintaan (Requesting Exchange) Contoh
A : Dapatkah kamu menahannya beberapa menit saja? [Inisiasi]
B : Ok! [ Respon]
Model
Struktur Percakapan di Kelas
·
Pada wacana
kelas, tuturan guru dan siswa akan membentuk rangkaian pasangan berdekatan yang
terfokus pada topik tertentu. Hal ini merupakan gejala alamiah dalam proses
percakapan, termasuk wacana kelas.
·
Di dalam
pasangan berdekatan terdapat stimulus-respons dan feedback. Proses stimulus-respons yang berulang akan menimbulkan
kebiasaan dan keteraturan. Proses ini dapat dilihat pada tuturan yang berfungsi
sebagai inisiasi, dan diikuti oleh tuturan yang berfungsi sebagai respons.
Inisiasi dapat dikatakan sebagai pembuka atau pemicu suatu tuturan. Sementara
itu, respons merupakan hasil dari adanya inisiasi. Respons dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu respons langsung dan tak langsung (Haliday dan Hasan dalam
Jumadi, 2005: 39). Respons langsung adalah tuturan yang digunakan secara
langsung dalam menjawab pertanyaan. Bentuk respons ini adalah jawaban ya dan tidak. Sementara itu, respons tidak langsung adalah tuturan yang
digunakan tidak secara langsung dalam menjawab pertanyaan. Pada umumnya bentuk
respons tidak langsung digunakan untuk mengkomentari pertanyaan, mengabaikan
relevansi (sangkalan), atau respons yang memberi informasi pendukung. Bagian
ketiga dari pasangan berdekatan adalah feedback.
Feedback dapat difungsikan sebagai
penutup tuturan.
·
Pasangan
berdekatan yang di dalamnya terdapat inisiasi (I), respons (R), dan feedback (F) pada umumnya memiliki
struktur, seperti a) [IRF], yakni struktur penuh, di dalamnya terdapat respons
verbal secara penuh terhadap inisiasi, b) [IR (F)], struktur dari pasangan
berdekatan yang di dalamnya terdapat inisiasi yang menyebabkan respons dalam
bentuk nonverbal, dan c) [I (R)], yakni struktur yang memiliki inisiasi dalam
bentuk penyampaian informasi proporsional yang tidak memerlukan respons.
·
Misalnya:
·
[IRF]
·
Guru : Apa sudah benar jawaban Agus?
·
Siswa : Benar.
·
Guru : Baik.
·
[IR (F)]
·
Penumpang 1 : Bisa menggeser sedikit, mbak?
·
Penumpang 2 : (menggeser)
·
[I (R)]
·
Guru : Diskusi akan dimulai minggu depan.
·
Siswa :
·
Model Struktur Wacana Iklan Alarm Roncar.
Bolen (1984) menilai struktur wacana
iklan dari segi proposisinya. Menurutnya, wacana iklan mempunyai tiga unsur
pembentuk struktur wacana, yaitu (1) Butir utama (Headline), (2) badan (Body),
(3) Penutup (close) yang dalam struktur wacana iklan tersebut dikaitkan dengan
permasalahan tahap-tahap untuk mencapai suatu tujuan.
1. Butir Utama Iklan
·
Butir utama iklan merupakan tujuan pertama dalam
wacana iklan adalah untuk menarik perhatian. Untuk itu, diperlukan pesan-pesan
iklan yang menarik dan penting sehingga dapat menarik perhatian daripada calon
konsumen.
·
Dalam Iklan Alarm Roncar ini langsung mengenai
objek sasaran agar masyarakat langsung mengerti apa sasaran iklan tersebut.
tidak seperti iklan-iklan yang membuat penasaran masyarakat karena memberikan
selingan-selingan yang membuat objek iklan menjadi kabur.
·
(di tempat parkir suatu pusat perbelanjaan)
·
Pencuri : (mencoba masuk mobil, namun ketika
menstater alarm mobil
·
berbunyi)
·
Gadis 1 : Kasihan dech loe! pakai kartu
sim Roncar dulu, baru bisa!
·
Pencuri : (Pencuri kabur).
·
Bapak : ( yang tiba-tiba lewat ) Saya juga pakai
Roncar anti maling. Khan, praktis, aman dan nyaman.
·
Gadis 2 : Roncar anti maling khan, saya juga
pakai. daaaaa!
·
Bapak : Daaaaa..
·
Gadis 1 : Makanya pakai Roncar alarm anti maling
pakai PIN, untuk semua
·
kendaraan bermotor.
·
Ungkapan yang dicetak tebal ini merupakan bagian
dari butir utama iklan yang berupa proposisi yang memberi komando atau perintah
kepada calon konsumen. Seperti contoh yang digambarkan di atas, kata pakai menunjukkan
suatu perintah kepada para calon konsumen. Pengiklan kemudian memberikan suatu
alternatif supaya para calon konsumen menggunakan produk Roncar tersebut.
·
Selain kata pakai dalam permulaan iklan
roncar tersebut juga terdapat ungkapan baru bisa yang dapat
dikategorikan sebagai proposisi yang membangkitkan rasa ingin tahu pada para
calon konsumen. Kata baru bisa tersebut cukup untuk membuat calon
konsumen bertanya-tanya, mengapa harus menggunakan produk tersebut? lantas
setelah yang berada di benak kita, apa saja keuntungan jika kita menggunakan
produk Roncar tersebut? Dengan adanya pendeskripsian semacam itu pendengar
iklan ingin mengetahui lebih lanjut kelanjutan dari iklan tersebut yang
tentunya akan dibagikan kepadanya keunggulan daripada produk Roncar.
1. Badan Iklan
·
Tujuan kedua dari sebuah iklan ialah untuk
menarik minat dan kesadaran calon konsumen, hal tersebut terdapat pada badan
iklan. Dengan berdasar pada motif calon konsumen dalam membeli sesuatu, pada
badan iklan hendaknya mengandung alasan objektif (rasional) dan subjektif
(emosional). Alasan Objektif berupa informasi yang dapat diterima oleh nalar
sedangkan alasan subjektif berupa hal-hal yang membawa emosi calon konsumen.
Berdasarkan jenis proposisi yang diungkapkan, bagian badan wacana iklan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berisi alasan subjektif, berisi alasan
objektif dan campuran alasan subjektif dan objektif.
·
(di tempat parkir suatu pusat perbelanjaan)
·
Pencuri : (mencoba masuk mobil, namun ketika
menstater alarm mobil
·
berbunyi)
·
Gadis 1 : Kasihan dech loe! pakai kartu
sim Roncar dulu, baru bisa!
·
Pencuri : (Pencuri kabur).
·
Bapak : ( tiba-tiba datang ) Saya juga pakai
Roncar anti maling. Khan, praktis, aman dan nyaman.
·
Gadis 2 : Roncar anti maling khan, saya juga
pakai. Daaaaa!
·
Bapak : Daaaaa..
·
Gadis 1 : Makanya pakai Roncar alarm anti maling
pakai PIN, untuk semua
·
kendaraan bermotor.
·
Pada iklan Roncar ini alasan yang dikemukakan
pada bagian badan iklan tersebut bersifat subjektif. Alasan itu dikatakan oleh
seorang Bapak yang menghampiri seorang gadis ketika alarm mobilnya berbunyi.
Hal tersebut terlihat jelas pada percakapan berikut ‘Saya juga pakai Roncar
anti maling. Khan, praktis, aman dan nyaman’. Jika kita mengklasifikasikannya
maka ungkapan tersebut akan menjadi Roncar praktis, Roncar aman dan Roncar
nyaman. Dengan demikian cukup jelas sifat alasan bagian badan iklan yang dibuat
oleh si pengiklan.
3 Penutup
·
Bagian penutup suatu wacana iklan dapat juga
berisi informasi-informasi lain yang berhubungan dengan topik yang diiklankan.
Informasi tersebut dapat berupa nomor telepon, cap dagang dan tempat pelayanan.
Informasi tersebut pada hakikatnya merupakan informasi tambahan yang penting
dan apabila dihilangkan dapat menimbulkan suatu masalah.
·
Tujuan ketiga dalam wacana iklan ini adalah mengubah
tindakan tertentu pada diri konsumen. Apabila perhatian diperoleh, minat dapat
dibangkitkan dan kesadaran telah mencapai puncak yang berarti komunikasi telah
tercapai dalam wacana iklan tersebut. Dalam mengembangkan bagian penutup pada
wacana iklan, ada dua hal yang perlu untuk dipertimbangkan, yaitu (1)
pendekatan penjualan (selling approach) dan (2) butir-butir pasif (passive
point). Pendekatan penjualan yang dapat digunakan untuk mengakhiri badan iklan
adalah dengan cara keras dan lemah.
·
(di tempat parkir suatu pusat perbelanjaan)
·
Pencuri : (mencoba masuk mobil, namun ketika
menstater alarm mobil
·
berbunyi)
·
Gadis 1 : Kasihan dech loe! pakai kartu
sim Roncar dulu, baru bisa!
·
Pencuri : (Pencuri kabur).
·
Bapak : Saya juga pakai Roncar anti maling. Khan,
praktis, aman dan nyaman.
·
Gadis 2 : Roncar anti maling khan, saya juga
pakai. Daaaaa!
·
Bapak : Daaaaa..
·
Gadis 1 : Makanya pakai Roncar alarm anti
maling pakai PIN, untuk semua kendaraan bermotor.
·
Pengiklan Alarm Roncar menggunakan teknik lunak
sebagai penutup iklan tersebut. Hal tersebut terdapat pada ungkapan ‘Makanya
pakai Roncar alarm anti maling pakai PIN untuk semua kendaraan bermotor’.
Proposisi yang disampaikan pada kalimat tersebut sifatnya hanya menekankan atau
menegaskan informasi yang telah disampaikan pada bagian badan iklan. Pengiklan
bermaksud untuk memaparkan lebih detail sisi badan iklan pada bagian penutup
ini. Jika kita amati isi penutup pada iklan Alarm Roncar ini adalah sebagai
keunggulan dari produk tersebut dibanding dengan produk lainnya. Penggunaan
diksi yang tidak terlalu bersifat over dan hanya menggunakan tekanan
pengucapan yang lembut maka kami dapat kategorikan bahwa iklan ini memakai
pengembangan teknik lunak.
Kesimpulan
Wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap dan satuan tertinggi di atas kalimat. Sesuai dengan sifat penggunaan
bahasa yang linear, wacana mempunyai struktur. Struktur wacana sifatnya lebih
terbuka dibandingkan dengan struktur kalimat. Artinya, kemungkinan variasi
susunan unsur-unsur kalimat sangat terbatas, sedangkan kemungkinan variasi
susunan unsur-unsur struktur wacana lebih besar. Adapun struktur wacana adalah model
struktur pertukaran dalam percakapan, model struktur pertukaran di kelas, model
struktur iklan.
Daftra Rujukan
Adiel. (2009,
november 13). Struktur Wacana. Retrieved Maret 2, 2013, from ADIEL: http://adiel87.blogspot.com
Adiel. (2009,
November 13). Analisis Struktur Wacana Iklan. Retrieved maret 2, 2013, from ADIEL:
http://adiel87.blogspot.com
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Cahaya, Noor. (2012,
September 15). Wacana Percakapan.
Retrieved Maret 2,2013, from Shine Emya de Linguistika: http://shinedelinguistika.blogspot.com
M.Mum, Mulyana. 2005. Kajian Wacana.
Yogyakarta: Tiara Wacana